Bolatimes.com - Bayern Munchen baru saja membajak salah satu talenta terbaik di Bundesliga, Mike Wisdom, yang diwarnai kontroversi.
Transfer Mike Wisdom ke Bayern Munchen memang menimbulkan kontroversi karena usia pemain dan jumlah uang yang dikeluarkan untuk proses perekrutan.
Kabarnya, Mike Wisdom yang baru berusia 13 tahun diangkut dari Borussia Monchengladbach dengan mahar sebesar 300 ribu euro atau setara dengan Rp 4,7 miliar.
Baca Juga: Harry Maguire Berulah di Sesi Latihan Timnas Inggris, Jordan Henderson Syok
Sebelum proses ini terjadi, raksasa Bavaria itu sempat melakukan pengintaian dan menjajaki transfernya selama kurang lebih 18 bulan.
Setelah direkrut, Mike Wisdom akan bergabung dengan tim junior Bayern Munchen. Adapun sebagian besar biaya transfer sebesar Rp 4,7 miliar itu akan digunakan sebagai bonus masuk untuk talenta muda.
Dari pemberitaan Sports World Ghana, kesepakatan transfer ini turut mengklaim bahwa Wisdom mendapatkan beasiswa gratis. Selain itu, kedua orang tua Wisdom juga menerima sebagian besar uang transfer tersebut.
Baca Juga: Pamitan dari Tira Persikabo, Ciro Alves Hijrah ke Persib Bandung?
Selain Munchen, sejumlah klub yang juga tertarik merekrutnya ialah Bayer Leverkusen dan Borussia Dortmund.
Sebab, pemuda berusia 13 tahun ini dikenal sebagai striker yang memiliki kecepatan serta aktif di kedua kakinya.
Kemampuan itu menunjang kebutuhannya untuk menjadi seorang striker yang berbahaya. Apalagi, Wisdom juga dikenal tenang saat mengeksekusi bola di depan gawang.
Baca Juga: Profil Timnas Kanada, Negara yang Lolos ke Piala Dunia Usai Penantian 36 Tahun
Talentanya Dibajak, Borussia Moenchengladbach Geram
Kesepakatan transfer antara Munchen dengan Wisdom menjadi pukulan telak bagi Borussia Monchengladbach.
Menurut Direktur Olahraga Borussia Monchengladbach, Roland Virkus, transfer ini sangat merugikan timnya.
Baca Juga: Timnas Italia Gagal Lolos Piala Dunia 2022, 3 Pemain Isyaratkan Pensiun
“Kesepakatan seperti itu sama sekali tidak bermanfaat bagi pembinaan pemain muda di Jerman. Saya pikir itu menyedihkan,” kata Roland Virkus.
“Kami menawarkan dia tempat di sekolah asrama untuk meminimalkan waktu perjalanan,” lanjutnya.
(Kontributor: Muh Adif Setiawan)