Bolatimes.com - Penyerang Liverpool, Mohamed Salah tak dimungkiri telah menjelma jadi sosok yang mencuri perhatian penikmat sepak bola di musim ini. Kharisma dan ketajamannya dalam mencetak gol seolah telah memalingkan semua pandangan dari nama besar Cristiano Ronaldo dan Leonel Messi.
Diboyong ke Anfield dengan mahar hanya sekitar 40 juta euro atau setara Rp 677 miliar, ujung tombak Timnas Mesir tersebut berubah jadi sosok pemain paling tajam di kompetisi Liga Premier Inggris. Pada debutnya bersama Liverpool, Salah hingga saat ini sudah mencetak 43 gol di semua kompetisi dari total 45 pertandingan. berkat pencapaiannya yang sensasional tersebut ia pun berhasil meraih gelar pemain terbaik versi Asosiasi Pesepakbola Profesional Inggris (PFA) 2018.
Tapi siapa sangka prestasinya yang melesat itu harus diraih lewat perjuangan yang terjal.
Dilansir dari Mirror, Salah mengawali petualangannya di sepak bola sejak umur 14 tahun. Ia harus menempuh perjalanan panjang dari kampungnya Nagrig hanya untuk berlatih sepakbola di Kairo bersama El Mokawloon yang memiliki waktu tempuh sekitar 10 jam. Itu dilakukannya setiap hari.
Ia melakukan perjalanan panjang itu berbekal uang saku sekolahnya yang disimpan untuk biaya naik bus pergi pulang. Wajarlah jika Salah kala itu tumbuh dengan tubuh yang jauh lebih kecil dibanding teman sebayanya.
"Dia sangat kecil dan sebagian besar anak laki-laki akan menyebut dia sebagai Hadi atau anak desa ketika dia pertama kali masuk," kata pelatih pertamanya di El Mokawloon, Mohammed Radwan.
Posturnya yang kecil membuat Salah jadi bahan celaan teman teman di sekolahnya. Tapi itu tak menyusutkan tekadnya untuk mengikuti jejak pesepakbola besar Afrika.
"Jika Anda tidak memiliki alasan yang baik, akan selalu sulit untuk meninggalkan sekolah tetapi saya ingin menjadi pemain sepakbola yang besar jadi saya harus mencari alasan. Jadi saya rasa itu adalah harga yang harus saya bayar dan percayalah, mungkin jika itu tidak berhasil, semuanya tidak akan baik untuk saya," kata Salah mengingat kisahnya dulu.
Ada beberapa faktor yang berkontribusi terhadap karir Mohamed Salah dalam sepak bola. Pertama dukungan keluarga, lalu motivasi pahlawan nasional dan terutama keinginan untuk melarikan diri dari kemiskinan yang menghancurkan.
Sang ayah, Alah Ghali adalah orang yang punya peran besar di dalam perkembangan Salah dalam sepak bola. Ia tidak pernah meragukan kemampuannya dan ingin dia mengejar karir sepakbolanya.
Selain itu, Salah termotivasi nama besar Mohamed Abu Trika. Trika adalah sosok pesepakbola Afrika yang kala itu tengah naik daun berkat penampilan apiknya bersama skuat Mesir. Bersama Mesir ia telah mempersembahkan dua trofi Piala Afrika. Trika juga didapuk sebagai pemain terbaik Afrika sebanyak empat kali.
Menurut pelatih Diaa El-Sayed, yang memimpin Firaun muda mencapai finish terbaik mereka di kelompok usia Piala Dunia 2011 di Kolombia, mengatakan Salah sangat mengidolakan Trika.
"Karena banyak alasan, Salah mencintai Abu Trika. Dia akan pergi ke pelatihan mencoba trik baru yang dia telah pelajari setelah menonton video dari Abu Trika dan terus mengatakan kepada rekan satu timnya bahwa atlet profesional harus bersikap seperti Trika," ujarnya.
@mosalah/Instagram
Olimpiade London 2012 menjadi momentum awal Salah menggapai mimpinya menjadi pesepakbola besar. Penampilannya yang apik bersama Timnas Mesir menarik perhatian klub asal Swiss, FC Basel.
@mosalah/Instagram
Pelatih tim Olimpiade Mesir, Hany Ramzy mengatakan Salah saat itu sangat berambisi untuk mengejar karir di Eropa dan ternyata Tuhan mengabulkannya. Penampilannya di Olimpiade menjadi jalan baginya untuk hijrah ke benua biru
"Dia sangat ingin pergi ke Eropa pada waktu itu. Selama kompetisi, semuanya mulai bersatu untuknya dan dia semakin dekat dengan Allah di periode itu. Saya tidak terkejut semuanya berjalan baik untuknya saat itu," ungkapnya.