Bolatimes.com - Striker gaek Watfrod, Troy Deeney, mengungkap fakta terkait kiper Filipina, Neil Etheridge yang nyaris meninggal karena Covid-19 di Inggris.
Kenyataan itu diungkapkan Troy Deeney saat menceritakan kondisinya di rumah sakit ketika terinfeksi Covid-19.
Lewat tulisan yang diunggah The Sun, Troy Deeney mengaku menghabiskan empat hari di rumah sakit menggunakan alat bantu ventilator.
Baca Juga: Profil Kensuke Takahashi, Eks Timnas Kini Jadi Staf Pelatih Timnas Jepang
Selama dua pekan Deeney tidak melapor kembali ke pelatihan bersama Watford karena ia khawatir itu membahayakan dirinya.
Deeney mengaku mengidap sakit parah karena virus corona yang menyerangnya, setelah sebelumnya susah bernapas dalam pertandingan Watford melawan Crystal Palace.
"Saya menghabiskan empat hari di rumah sakit dengan ventilator, menderita Covid, pada musim semi 2020," tulis Deeney.
Baca Juga: Timnas Indonesia Diunggulkan, Shin Tae-yong Ingatkan Pemain Jangan Terlena
"Dan saya punya rekan satu tim di Birmingham , Neil Etheridge, yang hampir meninggal karena penyakit itu.
"Saya sakit parah dengan virus ini, setelah berjuang untuk bernafas selama pertandingan terakhir Watford sebelum kuncian melawan Crystal Palace.
"Dan saya akhirnya dirawat di rumah sakit," imbuhnya.
Baca Juga: Sebut Malaysia Lebih Baik, Shin Tae-yong Singgung soal Mental
Saat ini Deeney merasa lebih baik setelah mendapat dua suntikan vaksinasi, sementara tetap melakukan swab test sebanyak tiga kali dalam seminggu.
Sementara Deeney juga memaklumi bagaimana banyak pemain yang menolak melakukan vaksin, mengingat ia saat ini juga belum paham mengapa pesepak bola harus pertama divaksin.
"Saya tidak terkejut mendengar bahwa 25 persen pemain di Football League tidak berniat divaksinasi Covid," ujar Deeney.
Baca Juga: Siap Kerja Keras, Komentar Pratama Arhan soal Timnas Malaysia
"Dari pengalaman saya, di dua ruang ganti yang pernah saya masuki, dan ketika berbicara dengan pemain lain, angka itu terdengar benar.
"Saya juga tidak percaya angka keragu-raguan vaksin dalam sepak bola sangat berbeda dengan yang ada di masyarakat pada umumnya.
"Terutama jika Anda membagi angka ke dalam kelompok usia dan etnis. Saya tidak mengerti mengapa pesepakbola selalu harus menjadi yang terdepan dalam setiap debat." imbuhnya.