Bolatimes.com - Banyaknya pemain naturalisasi dalam Timnas Indonesia era Luis Milla dan Shin Tae-yong menunjukkan ketidakseimbangan yang signifikan, terutama dalam peningkatan jumlah yang sangat mencolok.
Dalam kepemimpinan terlama Luis Milla dan Shin Tae-yong di Timnas Indonesia, keduanya memiliki kebijakan serupa dalam mengintegrasikan pemain naturalisasi ke dalam skuad mereka. Namun, terdapat perbedaan mencolok dalam pelaksanaannya.
Luis Milla memimpin Timnas Indonesia dari Januari 2017 hingga Oktober 2018, di mana selama hampir dua tahun masa kepelatihannya, hanya tiga pemain naturalisasi yang dimainkannya, yaitu Ezra Walian, Beto Goncalves, dan Ilija Spasojevic.
Baca Juga: Sebut Persib Layak Kalah, Nick Kuipers Soroti Dua Permasalahan di Tubuh Tim
Beto dan Spasojevic menjadi warga negara Indonesia pada waktu yang hampir bersamaan pada pertengahan 2017, sedangkan Ezra mengalami proses yang cukup lama sebelum akhirnya membuat debutnya di SEA Games 2017 setelah mengalami beberapa kendala selama setahun.
Dipecat Shin Tae-yong
Ketiganya dipecat dari skuad setelah Luis Milla digantikan oleh pelatih saat ini, Shin Tae-yong.
Shin Tae-yong, yang menangani Timnas Indonesia sejak Desember 2019 hingga saat ini, memiliki total 10 pemain naturalisasi di bawah kepemimpinannya.
Mulai dari persiapan untuk Piala Dunia U-20 2023, pemain seperti Elkan Baggott, Ivar Jenner, Rafael Struick, dan Justin Hubner bergabung.
Selain itu, Shin Tae-yong akan menyambut pemain naturalisasi baru, Jay Idzes dan Nathan Tjoe-A-On, setelah sebelumnya memiliki Jordi Amat, Sandy Walsh, dan Shayne Pattynama.
Baca Juga: Tampak Seperti Ragu-ragu, Bek Muda Timnas Indonesia Sebut Persib Sebagai Pesaing Bali United
Perbedaan yang paling mencolok adalah bahwa Luis Milla hanya menggunakan tiga pemain naturalisasi untuk sektor penyerangan, sementara Shin Tae-yong melibatkan pemain naturalisasi hampir di seluruh posisi, meskipun sebagian besar dari mereka memiliki keturunan Indonesia. Satu-satunya pengecualian adalah Marc Klok, yang tidak memiliki darah Indonesia dan melewati proses lima tahun tinggal di Indonesia untuk memperoleh status WNI.
Analisis
Perbedaan yang cukup signifikan dalam pendekatan Luis Milla dan Shin Tae-yong terhadap penggunaan pemain naturalisasi di Timnas Indonesia. Berikut analisis kritis dan jomplanya jumlah pemain naturalisasi.
Jumlah Pemain Naturalisasi:
Luis Milla: Hanya menggunakan tiga pemain naturalisasi, menunjukkan keterbatasan dalam pilihan dan fokus pada sektor penyerangan.
Shin Tae-yong: Memiliki total 10 pemain naturalisasi, mencakup berbagai posisi, dari Piala Dunia U-20 hingga skuad senior. Ini menandakan kecenderungan untuk lebih luas dalam mencari talenta naturalisasi.
Periode Kepemimpinan:
Luis Milla: Memimpin Timnas Indonesia selama hampir dua tahun, dengan fokus waktu pada periode Januari 2017 hingga Oktober 2018.
Shin Tae-yong: Memiliki periode kepemimpinan yang lebih panjang, dari Desember 2019 hingga saat ini. Ini memberikan kesempatan lebih besar untuk mengembangkan dan mengintegrasikan pemain naturalisasi ke dalam tim.
Proses Naturalisasi:
Luis Milla: Proses naturalisasi pemain seperti Ezra Alian memakan waktu cukup lama, bahkan setelah debut di SEA Games 2017.
Shin Tae-yong: Menunjukkan efisiensi dalam proses naturalisasi dengan beberapa pemain seperti Justin Hubner yang baru-baru ini mendapatkan status WNI.
Posisi Pemain Naturalisasi:
Luis Milla: Terbatas pada sektor penyerangan dengan tiga pemain naturalisasi.
Shin Tae-yong: Menunjukkan inklusivitas yang lebih besar dengan pemain naturalisasi yang mencakup berbagai posisi, termasuk pertahanan dan gelandang.
Keturunan Pemain:
Shin Tae-yong: Meskipun mayoritas pemain yang dinaturalisasi memiliki keturunan Indonesia, Marc Klok adalah pengecualian dengan melewati proses lima tahun bertempat tinggal di Indonesia.
Analisis ini menunjukkan perubahan signifikan dalam pendekatan penggunaan pemain naturalisasi di bawah Shin Tae-yong, yang lebih inklusif dan mencakup berbagai posisi.
Meskipun ada keberagaman, hal ini juga menimbulkan pertanyaan tentang integrasi dan identitas tim nasional. Apakah terlalu banyak pemain naturalisasi dapat mempengaruhi karakteristik unik dari Timnas Indonesia? (*)