Bolatimes.com - Meledaknya Tragedi Kanjuruhan yang membongkar borok sistem sepak bola nasional turut menyeret pengelolaan kompetisi yang saat ini berada di bawah kendali PT Liga Indonesia Baru (LIB).
Bahkan, Direktur Utama PT LIB, Akhmad Hadian Lukita, yang ikut terseret sebagai tersangka Tragedi Kanjuruhan juga menjadi salah satu bukti buruknya pengelolaan kompetisi sepak bola Indonesia.
PT LIB juga menjadi salah satu pihak yang menjadi sorotan karena menolak permintaan panitia penyelenggara (panpel) pertandingan yang mengajukan perubahan jadwal dari malam hari menjadi sore hari.
Permintaan ini kemudian ditolak PT LIB dengan alasan kesepakatan dengan pihak broadcaster. Sebab, hal ini berkaitan dengan penayangan langsung pertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya.
Potret buruk kinerja PT LIB ini turut memunculkan wacana yang mempromosikan pihak-pihak profesional untuk mengelola kompetisi sepak bola Indonesia.
Salah satu contoh terbaiknya sebetulnya sudah diperlihatkan Kamboja yang menunjuk Satoshi Sato untuk menduduki jabatan Chief Executive Officer (CEO) Cambodian Premier League.
Sosok ini memiliki pengalaman luar biasa, baik saat menjabat di Federasi Sepak Bola Jepang (JFA), AFC, hingga FIFA.
Oleh karena itu, langkah menunjuk profesional asing berpengalaman semacam ini bisa menjadi salah satu inspirasi yang ditempuh PT LIB untuk memperbaiki kualitas pengelolaan kompetisi.
Berikut Bolatimes.com menyajikan tiga alasan yang membuat kompetisi Liga 1 sebaiknya dikelola orang asing yang profesional.
1. Menjaga Integritas
Seorang pengelola kompetisi yang profesional tentu diharapkan mampu menjaga integritasnya dalam memimpin PT Liga Indonesia Baru (LIB).
Sebab, dia dibayar untuk memperbaiki tata kelola penyelenggaraan kompetisi sepak bola nasional yang sejauh ini masih jalan di tempat.
Dengan integritas semacam ini, maka profesional asing yang nantinya memimpin PT LIB akan terbebas dari upaya-upaya tertentu yang mencoba mempengaruhinya.
2. Bebas dari Konflik Kepentingan
Orang-orang profesional yang didatangkan dari luar negeri tentu akan terbebas dari konflik kepentingan jika nantinya menduduki jabatan di pucuk pimpinan PT Liga Indonesia Baru (LIB).
Sebab, profesional asing ini tidak memiliki afiliasi apa pun dengan klub-klub sepak bola di Indonesia. Harapannya, hal ini bisa membebaskan sosok tersebut dari konflik kepentingan dengan klub-klub tertentu.
Dengan demikian, kondisi ini bisa membuat pejabat tersebut bisa menegakkan aturan kepada siapa saja tanpa pandang bulu.
3. Memahami Tata Kelola Industri Sepak Bola Modern
Potensi besar yang dimiliki sepak bola Indonesia tentu harus diolah semaksimal mungkin agar bisa berkembang pesat. Oleh karena itu, sosok yang tepat memang profesional asing yang memahami industri sepak bola modern.
Sebab, orang-orang semacam ini telah menghabiskan waktu yang lama berkecimpung di dunia sepak bola modern. Kualitas semacam inilah yang sebetulnya dibutuhkan oleh PT LIB.
Jika kualitas kompetisi sepak bola nasional mampu diperbaiki dan dikelola secara profesional, maka perkembangan yang diharapkan oleh seluruh masyarakat diyakini bisa segera terwujud.