Bolatimes.com - Pelajaran berharga yang bisa dipetik dari tragedi kericuhan di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022) pascalaga Arema FC kontra Persebaya Surabaya yang memakan ratusan korban jiwa.
Hal-hal ini berkaitan dengan penyebab meninggalnya 125 suporter dan menyebabkan 323 orang lainnya mengalami luka-luka pada tragedi Stadion Kanjuruhan tersebut.
Mulai dari PSSI, PT Liga Indonesia Baru (LIB), Pihak Kepolisian, Panpel Pertandingan, hingga suporter, sudah semestinya sama-sama berbenah agar tragedi kelam serupa tak terjadi di kemudian hari.
Setidaknya, terdapat sejumlah pelajaran penting. Hal ini utamanya berkaitan dengan penyebab pecahnya Tragedi Kanjuruhan tersebut.
Berikut Bolatimes.com menyajikan pelajaran-pelajaran penting yang bisa dipetik dari pecahnya Tragedi Kanjuruhan.
1. Jam Pertandingan Malam
Jam pertandingan malam menjadi salah satu faktor yang sangat penting di balik meletusnya tragedi Kanjuruhan. Menurut Founder Pandit Football sekaligus Pemimpin Redaksi Narasi, Zen RS, laga malam punya risiko besar bagi penonton.
Menurutnya, menggelar laga sore merupakan salah satu mitigasi karena semakin malam tingkat kesulitan untuk pengamanan juga meningkat karena situasinya gelap.
“Bermain jam 20.00, selesai kira-kira jam 22.00. Bubaran massa bisa jam 24.00 masih berkeliaran di jalanan kota. Untuk laga tensi tinggi, horor betul itu potensinya saat massa masih di jalanan saat tengah malam,” tulis Zen RS.
2. Attitude Suporter
Suporter juga menjadi pihak yang harus memetik pelajaran penting dari peristiwa ini. Salah satu pelajaran berharga ialah sikap dewasa dalam menghadapi berbagai hasil pertandingan.
Dalam sebuah pertandingan, menang dan kalah memanglah hal yang biasa. Sehingga, suporter sudah harus mulai belajar untuk berbesar hati dalam menyikapi situasi, terutama hasil pertandingan.
3. Prosedur Antisipasi Kerusuhan
Selanjutnya, pelajaran penting yang juga bisa dipetik dari Tragedi Kanjuruhan ialah perbaikan prosedur dalam mengantisipasi kerusuhan yang terjadi di stadion.
Salah satu aspek ini tentu berkaitan dengan penggunaan gas air mata yang berlebihan pada peristiwa kelam yang terjadi pada laga Arema FC versus Persebaya Surabaya.
Mulai dari PSSI, PT LIB, Kepolisian, hingga Panpel, harus mulai bergerak cepat untuk merumuskan prosedur antisipasi kerusuhan dalam sebuah pertandingan sepak bola.
Sehingga, pihak keamanan maupun aparat kepolisian yang bertugas bisa memiliki prosedur tetap (protap) yang lebih humanis, alih-alih represif.
4. Kapasitas Penonton
Panitia penyelenggara (Panpel) pertandingan memang menjadi salah satu pihak yang mendapat sorotan pada pecahnya Tragedi Kanjuruhan.
Sebab, mereka diketahui menerbitkan tiket sebanyak 42 ribu. Padahal, kapasitas Stadion Kanjuruhan yang bisa menampung sekitar 38 ribu penonton.
Over-kapasitas inilah yang ditengarai membuat kondisi di tribune penonton kurang kondusif, terutama ketika ditambah penembakan gas air mata oleh pihak kepolisian.