Bolatimes.com - Kala dualisme kompetisi sepak bola di Indonesia tahun 2011, sejumlah klub turut mengalaminya. Tak terkecuali klub besar Arema yang terpecah menjadi dua kubu, yaitu Arema FC dan Arema Indonesia untuk bermain di Indonesia Super League (ISL) dan Indonesia Premier League (IPL).
Untuk selengkapnya, simak profil Arema yang mewarnai jagat sepak bola Indonesia.
Profil Arema
Baca Juga: Terbongkar Gaji Asisten Atta Halilintar, Netizen Melongo Lihat Nolnya
Arema dikenal sebagai klub bola asal Malang, Jawa Timur dengan basis supporter yang besar. Arema didirikan pada tanggal 11 Agustus 1987 dengan nama julukan Singo Edan. Klub ini berkandang di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang dan Stadion Gajayana, Kota Malang.
Sejak mewarnai dunia sepak bola nasional, Arema tercipta sebagai ikon warga Malang Raya dan sekitarnya. Kelompok supporter setianya dinamakan Aremania dan Aremanita (untuk wanita). Hampir di setiap sudut kota terdapat patung dan gambar singa sebagai wujud simbol Arema.
Dualisme Kompetisi dan Dualisme Klub
Baca Juga: Lincah Ikut Mama Olahraga, Gaya Putri Jennifer Bachdim Jadi Sorotan
Saat berlangsungnya dualisme kompetisi bola 2011 silam, tim ini seakan menginginkan berpartisipasi dalam dua kompetisi yang berbeda. Tujuan utamanya agar laga berseberangan itu lebih menarik dan mendapat dukungan dari supporter setianya.
Namun saat ISL dan IPL digabungkan kembali pada musim 2014, dualisme dalam klub ini tak kunjung berakhir. Arema FC yang berlaga di ISL tetap eksis bertengger di kasta tertinggi. Sedangkan Arema Indonesia yang semula bermain di IPL harus berada di Liga 3 sejak 2017 kendati pernah bermain di AFF Cup 2012.
Secara manajerial klub, Arema FC ISL diisi orang-orang lama beserta kantor manajemen yang digunakan masih sama. Di awal 2012, Arema ISL mengalami masalah finansial sehingga komposisi tim ideal tidak terbentuk.
Baca Juga: Mbappe Dihujat usai Prancis Tersingkir dari Euro, Deschamps Pasang Badan
Namun di sisi lain, Arema Indonesia IPL yang berjaya pada tahun itu dengan finish di urutan ketiga. Berkat Arema ISL mewarisi komposisi pemain lama seperti Noh Alam Shah, Kurnia Meiga, dkk serta menggunakan Stadion Gejayana sebagai markasnya.
Pasang surut yang dialami oleh kedua kubu Arema ini nampak masih bergulir hingga kini dan belum ada lampu terang penyelesaiannya.
Itikad Akhiri Dualisme Arema
Baca Juga: Hasil Euro 2020 Semalam: Spanyol Pesta Gol, Prancis Angkat Koper
Terhitung setiap musim, beberapa pihak melontarkan pendapat agar Arema melebur kembali seperti sedia kala. Presiden Arema FC, Gilang Widya Pramana tengah menyusun sejumlah plan untuk mengakhiri dualisme klub yang berlangsung sejak 2011 itu. Dia berharap agar Aremania kembali bersama dalam satu dukungan mendukung tim Arema seperti dulu.
Gilang dalam rilis resmi Arema FC, Kamis (17/6/2021) lalu menyatakan keinginan besarnya dan seluruh Aremania untuk menyatukan Arema.
“Kami sangat membuka diri dan mengajak bersama agar Arema Indonesia menjadi kesatuan besar klub yang dibanggakan Aremania. Pemikiran kami langkah ini yang bisa ditempuh untuk menyelamatkan Arema dari dualisme yang seperti diinginkan Aremania,”
Gilang siap bertemu keluarga dan yayasan pendiri Arema untuk memperbincangkan upaya penyatuan kembali ini.
“Ini merupakan itikad baik dan jalan kami yang terasa paling berat untuk menyatukan Arema dengan cara menjadi satu pengelolaan. Kompetisi Liga 3 menjadi area menambah jam terbang bagi pemain-pemain muda dalam meniti karir di sepak bola. Apalagi ada momentum akan mendekati kompetisi Liga 3 akan digelar,” tandas Gilang.