Bolatimes.com - Nasib tragis kini tengah menimpa Sampdoria. Sempat menjadi klub papan atas di ajang Serie A Liga Italia, kini tim berjuluk Il Samp itu berada dalam bayang-bayang degradasi.
Kompetisi Serie A Liga Italia pernah menguasai sepak bola dunia berkat aksi para pemainnya dan tim-tim besar di dalamnya.
Bahkan sebelum Liga Inggris memperkenalkan The Big Six, Liga Italia atau Serie A pernah memiliki The Magnificent Seven yang menggambarkan tujuh klub besar.
Baca Juga: Pemain Timnas Indonesia U-16 Rasakan Perbedaan Gaya Latih Shin Tae-yong dan Bima Sakti
Tujuh klub Italia yang masuk dalam kategori The Magnificent Seven itu antara lain, Juventus, AC Milan, Inter Milan, AS Roma, Lazio, Parma, dan Fiorentina.
Selain tujuh klub itu, Liga Italia di masa silam juga masih memiliki tim-tim hebat lainnya. Salah satunya adalah Sampdoria.
Sampdoria merupakan salah satu klub papan atas di masa kejayaan Liga Italia karena sempat menjadi juara ajang tersebut dan merusak dominasi tim The Magnificent Seven di musim 1990/91.
Baca Juga: 5 Hukuman Berat yang Bisa Diterima Manchester City andai Terbukti Langgar Aturan Keuangan
Tak cukup Scudetto atau gelar juara Liga Italia, tim berjuluk Il Samp ini juga menjuarai Coppa Italia dan Supercoppa Italia di awal tahun 90 an.
Catatan-catatan itu membuat Sampdoria yang saat itu digawangi Roberto Mancini dan Gianluca Vialli tersebut menjadi salah satu klub yang diidolai banyak orang, terutama di Indonesia.
Salah satu hal yang membuat Sampdoria banyak disukai publik Tanah Air karena kerja sama yang terjalin dengan PSSI dalam program PSSI Primavera.
Baca Juga: Persiapan Piala Asia 2023, Malaysia Bakal Uji Coba Melawan Kontestan Piala Dunia 2022
Di program tersebut, PSSI mengirimkan pemain-pemain muda ke Sampdoria untuk menimba ilmu. Bahkan, beberapa di antaranya mampu menembus tim Il Samp.
Sebut saja Kurniawan Dwi Yulianto dan Kurnia Sandy di dekade 90 an. Keduanya menimba ilmu di tim utama dengan berlatih dan mengikuti pramusim.
Kejayaan Sampdoria, terutama di Indonesia, kini pun memudar seiring mangkatnya Paolo Mantovani selaku pemilik. Kepergian sang pemilik menjadi titik balik kehancuran Il Samp.
Baca Juga: Jos! Statistik Luis Milla Bersama Persib Lebih Baik saat Ia Melatih di Liga Spanyol
Hal ini terbukti dengan degradasinya Sampdoria ke Serie B pada musim 1998/1999. Bahkan, degradasi dirasakan kembali di musim 2011/2012.
Usai jatuh bangun dan kini berkiprah di Serie A atau kasta teratas, Sampdoria sulit kembali ke masa kejayaannya seperti di era 90 an.
Malahan, nasib tragis kini menimpa Sampdoria yang terancam degradasi dari Serie A musim 2022/2023 ini.
Di musim 2022/2023 ini, Sampdoria yang dibela pemain keturunan Indonesia, Emil Audero Mulyadi, justru tengah terjerembab di papan bawah.
Hingga pekan ke-21 Serie A 2022/2023, Sampdoria masih tertahan di peringkat ke-19 dengan raihan 10 poin saja, hasil dari dua kemenangan, empat hasil imbang, dan 15 kekalahan.
Dengan performa saat ini, Sampdoria pun kian dekat dengan degradasi ke Serie B, mengulang catatan buruk di musim 1998/1999 dan 2011/2012 lalu.
Catatan buruk musim ini pun tak ayal menjadi nasib tragis bagi Sampdoria, tim yang berjaya di awal dekade 90 an dan menjadi tim papan bawah di sepak bola modern saat ini.