Bolatimes.com - Bukan Mario Balotelli namanya jika tak berulah di tempat di mana ia berkarier sepak bola, kali ini pelatihnya sendiri diajak duel di lapangan pertandingan.
Mario Balotelli kini bermain di Adana Demirspor, salah satu kontestan Liga Turki dan jelas saja di mana ada sosoknya pasti ada keributan yang memantik media untuk meliputnya.
Saat Adana Demirspor melawan Umraniyespor dalam lanjutan Liga Turki 2022 pada Minggu (28/8/2022), sebuah insiden membuat Mario Balotelli nyaris baku hantam dengan pelatihnya.
Pemain berusia 32 tahun itu membuat Vincenzo Montella selaku pelatih Adana Demirspor murka, meskipun klub yang dibelanya memetik kemenangan dengan skor 1-0.
Akan tetapi, keributan terjadi usai pertandingan dan pemicunya karena aksi nakal Mario Balotelli yang sebenarnya bergegas meninggalkan lapangan.
Baca Juga: Jordi Amat dan Sandy Walsh Selangkah Lagi Bela Timnas Indonesia, Media Vietnam Ketar-ketir
Namun saat ia berjalan, Balotelli terlihat terus mengoceh dan ocehannya itu dinilai sebagai kritik terhadap Montella.
Tak pelak, hal itu membuat Montella marah dan terpancing emosinya hingga ia mendorong sang pemain dengan keras ditambah dengan respons tak biasa Balotelli.
Keributan pun tak terhindarkan, butuh beberapa orang melerai dengan para pemain dan staf tim dari kubu Adana Demirspor.
Baca Juga: Hasil Japan Open 2022: Bagas/Fikri ke Babak Kedua usai Hajar Wakil Malaysia
Balotelli sebenarnya sudah coba diamankan staf pelatih lain, namun Montella tetap mengejarnya dan tanpa kontrol menunjukkan sikap kasarnya.
Insiden yang nyaris membuat adanya baku hantam antara pelatih dan anak asuhnya sendiri, beruntung banyak pihak yang sigap melerai keributan tersebut.
Balotelli memang bengal, pemain rusuh yang kerap terlibat keributan dengan pelatihnya sendiri, mulai dari Roberto Mancini saat masih berseragam Manchester City.
Baca Juga: Buntut Insiden Penyerangan Suporter PSM Makassar, Presiden KLFA Takut Markasnya Diblacklist
Sosoknya sebagai pesepak bola papan atas dunia tak diragukan, namun karena sikapnya itu membuat kariernya hancur dan hanya sebagai pemanis klub-klub medioker Eropa.