Bolatimes.com - Maskot untuk Piala Dunia 2022 Qatar telah diumumkan. FIFA meluncurkan maskot terbaru mereka bernama La'eeb yang mengandung makna mendalam.
Dalam cuitan di akun resmi @FIFAWorldCup pada Sabtu (02/04/2022), pihak FIFA mengungkap makna dari maskot ikonik berwarna putih tersebut.
"Maskot ini adalah mascot-verse dengan semangat yang tinggi serta siap memberikan kegembiraan dalam sepakbola kepada semua orang," tulis FIFA.
Baca Juga: Tampil di Korea Open 2022, Kondisi Fisik Tim Bulu Tangkis Indonesia Belum Bugar 100 Persen
Sementara itu, FIFA juga telah mengumumkan undian fase grup Piala Dunia 2022 yang akan berlangsung di Qatar mulai 21 November hingga 18 Desember mendatang.
Namun, peluncuran maskot ini malah membuat kontroversi di masyarakat karena bentuknya yang dinilai cukup unik dan berbeda dengan maskot-maskot sebelumnya.
Berikut 5 maskot unik Piala Dunia sepanjang sejarang.
Baca Juga: Kisah Haru Dimas Juliono, Pemain Timnas U-19 yang Jalani Puasa Ramadan di Korsel
Walaupun Piala Dunia sudah diselenggarakan sejak tahun 1930, namun penggunaan maskot di kompetisi sepakbola akbar ini baru dimulai sejak tahun 1966.
Saat itu, Inggris yang menjadi tuan rumah mencetuskan ide untuk menjadikan singa sebagai maskot dan diberi nama Willie. Visualisasi maskot ini dilengkapi dengan bendera Inggris atau Union Jack, sebagai representatif dari Inggris yang saat itu menjadi tuan rumah.
Alasan lain yang menjadikan Willie sebagai maskot adalah karena singa merupakan simbol dari negara Ratu Elizabeth tersebut. Bahkan, timnas Inggris sering disebut sebagai The Three Lions.
Baca Juga: Dua Hal yang Perlu Dibenahi Timnas Futsal Indonesia usai Bantai Malaysia
Penggunaan maskot pun tetap dilakukan sejak tahun 1966 hingga tahun 2006. Namun di tahun 2010, maskot Piala Dunia kembali dibicarakan. Maskot yang bernama Zakumi tersebut mencuri perhatian masyarakat.
Hal ini karena bentuknya yang unik dan divisualisasikan dari bentuk seekor macan tutul. Zakumi yang diwujudkan dengan menggemaskan langsung laris manis di pasaran setelah banyak yang membeli merchandise resminya.
Bukan hanya Zakumi, maskot piala dunia di tahun selanjutnya pun tidak kalah heboh. Fuleco, begitu nama maskot Piala Dunia 2014 ini disebut.
Baca Juga: Momen Wesley Fofana Jalani Puasa Ramadan saat Leicester Tahan Imbang Man United, Banjir Pujian
Fuleco sendiri merupakan nama maskot yang divisualisasikan dari hewan trenggiling, yang pada saat itu juga menjadi kasus besar dalam perdagangan hewan.
Brazil yang saat itu menjadi tuan rumah juga memberikan kesempatan kepada hewan langka tersebut untuk "tampil" sebagai maskot mereka.
Perlindungan terhadap spesies armadillo khas Brazil ini juga disuarakan dengan menjadikan Fuleco sebagai maskot.
Siapa sangka, maskot yang merepresentasikan bentuk dari seekor serigala ini merupakan sebuah hasil karya dari seorang mahasiswi sekolah desain grafis di Rusia bernama Yekaterina Bocharova.
Yekaterina mengungkap bahwa dirinya memenangkan kontes "sayembara" logo Piala Dunia 2018 yang diselenggarakan oleh panitia. Ia berhasil mengalahkan lebih dari 500 peserta sayembara lain.
Zabivaka, begitu ia memberikan nama kepada maskot kebanggaannya tersebut. Zabivaka dianggap sangat merepresentasikan negara Rusia.
Dengan visualisasi berwarna putih, serta menggunakan kacamata sebagai tanda "akurasi tinggi", Zabivaka menjadi representasi warga Rusia dalam menjalani kehidupannya.
Terbaru, maskot Piala Dunia 2022 Qatar pada November mendatang telah dirilis. Pihak FIFA sendiri memperkenalkan maskot bernama La'eeb itu, yang langsung menggegerkan warganet.
Pasanya, bentuk maskot La'eeb ini tidak merepresentasikan hewan berkarakter seperti maskot maskot sebelumnya. Bahkan, banyak menyebut maskot tersebut mirip dengan karakter film hantu Casper.
Namun, maskot itu merupakan representasi dari tuan rumah. Secara visualisasinya, La'eeb memberikan kesan arabian dengan bentuknya menyerupai sorban putih atau Kufiya dan menggunakan Igal atau ikat kepalanya.
Pihak FIFA sendiri mengungkapkan bahwa La'eeb sangat merepresentasikan Qatar yang merupakan bagian dari negeri di Timur Tengah.
(Kontributor: Dea Nabila)