Bolatimes.com - Wasit Janny Sikazwe mendapat sorotan tajam di Piala Afrika 2021. Dua laga yang ia pimpin sebagai pengadil, berujung kontroversi.
Salah satunya laga Tunisia vs Mali. Saat laga belum rampung 90 menit, Sikazwe sudah meniup peluit panjang tanda sudah rampung.
Sontak, aksi wasit asal Zambia ini memantik respons. Terlebih Tunisia yang ketika itu marah besar lantaran mengejar ketertinggalan.
Baca Juga: Perut Keponakan Semakin Besar, Hulk Bahagia Sambut Kelahiran Anak
Hingga saat ini, Sikazwe masih saja menjadi perbincangan. Siapakah dia?
Sikazwe adalah salah satu wasit paling senior dari negara Afrika. Pria kelahiran 1979 ini telah menjadi wasit internasional FIFA sejak 2007.
Baca Juga: Susul Shalika, Zahra Muzdalifah akan Gabung Klub Eropa
Sikazwe punya jam terbang yang tinggi dan telah memimpin sejumlah pertandingan terkenal di berbagai kompetisi. Termasuk di tingkat klub maupun internasional.
Beberapa di antaranya adalah Liga Champions CAF, Piala Dunia Antarklub FIFA, Piala Afrika, dan Piala Dunia FIFA.
Sebagai wasit yang terlatih, ia membuat terobosan sebagai wasit pada 2008. Ketika itu ia menggantikan orang yang jatuh sakit di Kejuaraan CAF U-20. Sejak itu, kariernya menanjak.
Baca Juga: Namanya Indonesia Banget, Anwar Resmi Gabung Everton
Sikazwe pernah menjadi wasit di ajang Piala Afrika 2015, yang kemudian membawanya memimpin final Piala Dunia Antarklub 2016 antara Real Madrid dan Kashima Antlers dan final Piala Afrika 2017 antara Kamerun dan Mesir.
Ia menjadi wasit Zambia pertama yang memimpin pertandingan di Piala Dunia. Dua di antaranya adalah Belgia vs Panama dan Jepang vs Polandia.
Namun, Sikazwe bukan pengadil yang tak lepas dari masalah. Pada November 2018 ia mendapat tuduhan korupsi selama pertandingan Liga Champions CAF antara Esperance dan Primiero Agosto. Tapi, hukuman tersebut dicabut pada Januari 2019 ketika ia dibebaskan dalam sidang disipliner.
Baca Juga: Shin Tae-yong Akrab Banget dengan Marc Klok di Bali, Kode Gabung Timnas?
Terbaru, di ajang ke-33 Piala Afrika, Sikazwe terlibat dalam keputusan yang kontroversial saat meniup peluitnya untuk waktu penuh pada dua kesempatan berbeda.
Ia awalnya meniup untuk waktu penuh pada 85 menit - lima menit sebelum waktu regulasi - kemudian sekali lagi sebelum 90 menit.