Bolatimes.com - Sepak bola tak hanya bicara menendang bola. Tak hanya soal menang kalah memperebutkan trofi. Tapi sepak bola lebih dari itu.
Salah satu aspek penunjang keberhasilan sebuah tim atau seorang pemain sepak bola adalah aspek mental. Untuk persoalan yang disebutkan belakangan, memang menjadi salah satu kunci yang tak boleh luput dari sepak bola.
Aspek mental berarti membicarakan sesuatu yang tak tampak di lapangan. Tapi, aspek mental justru mempengaruhi segala yang terjadi di lapangan.
Baca Juga: Kevin/Marcus Tembus Final Lagi usai Bungkam Wakil India di Indonesia Open
Beberapa contoh aspek mental ialah cara mengambil keputusan. Selain itu adalah sikap dalam bermain dan perilaku si pemain dalam bertanding sepak bola.
Sampailah pada akhirnya pertanyaan kemudian muncul? Apa skill atau olah bola dulu yang dikedepankan atau mental bertanding?
Well, sama seperti fisik atau teknik, aspek mental juga perlu dilatih. Dan bagaimana cara melatihnya?
Baca Juga: Anggap Remeh Indonesia, Vietnam Pede Bisa Pertahankan Gelar Piala AFF
Di dalam otak, terdapat bagian bernama lobus frontal. Bagian inilah yang berfungsi sebagai pengambil keputusan, antisipasi, dan kesadaran.
Adapun, latihan sederhana untuk menunjang lobus frontal ini dilakukan dengan beberapa cara. Salah satunya, berbicara secara positif kepada diri sendiri alias self talk.
Oleh karenanya, tim-tim sepak bola Eropa banyak mempekerjakan seorang psikolog olahraga. Tujuannya, untuk mengajarkan kepada pemain terkait kecakapan mental bertanding.
Baca Juga: Ancaman Indonesia di Piala AFF 2020, Thailand Panggil 5 Pemain Luar Negeri
Mulai dari self talk yang positif, manajemen emosi ketika marah, sampai keterampilan untuk fokus dengan cepat di sebuah pertandingan. Inilah sejatinya senjata yang tak terlihat oleh penonton saat pemain berlaga dalam sepak bola dan hal inilah yang mempengaruhi sebuah laga.
Penelitian juga menunjukkan bahwa self talk dapat mempengaruhi kinerja unsur kimia dalam otak dan hormon manusia. Hal-hal positif yang kita bicarakan pada diri sendiri memunculkan hormon dopamin. Adapun, jika sebaliknya, jika kita bicara hal negatif akan memunculkan hormon kortisol.
Jika dopamin membantu kinerja otak bagian lobus frontal dengan memunculkan keyakinan dan antusiasme, sebaliknya, kortisol memunculkan stres. Oleh karena itu pikiran kerap menjadi stres sehingga menghambat kinerja area tersebut.
Baca Juga: Manchester United Bikin Pemainnya Kecewa saat Tunjuk Ralf Rangnick
Perumpamaan lain yang bisa diibaratkan untuk aspek mental ini ialah ahli gizi. Jika sebelum pertandingan, mereka menyarankan agar pemain tak mengkonsumsi makanan cepat saji.
Nah, sama dengan mental. Sebelum bertanding, pemain sebisa mungkin menghindari informasi negatif sebelum pertandingan.
Seorang psikolog yang telah berpengalaman di pelbagai klub Liga Inggris, Bradley Busch, biasa menggunakan teknik Automatic Negative Thoughts alias ANT's. Adapun, metode ini mengubah pikiran negatif menjadi positif.
Selain self talk, metode lain juga diyakini bisa dilakukan untuk melatih aspek mental. Salah satunya bahasa tubuh.
Masih dari ungkapan Busch, kondisi fisik pemain memiliki kaitan dengan kondisi psikologisnya. Kita acap kali melihat gestur pemain yang beragam seperti menyeka keringat dengan kaos, meludah atau memukul rumput.
Hal ini menurut Busch bagus. Artinya, meluapkan kekesalan dengan cara yang baik dalam melepaskan amarah dan mengakomodir emosi pemain.