Bolatimes.com - Ketika Thiago Silva tiba di Rusia untuk Piala Dunia, dia tidak akan bisa mengabaikan kenangan akan mimpi terburuknya.
Tiga belas tahun yang lalu, bintang Brasil tersebut hampir meninggal karena tuberkulosis di rumah sakit Moskow. Beruntung, berkat penanganan intensif pihak medis Rusia berhasil menyelamatkan nyawanya.
Saat itu bek Paris Saint Germain ini menghabiskan hampir enam bulan sendirian di bangsal rumah sakit. Seperti dilansir dari Fourfourtwo, ia mengaku sempat takut tidak akan bisa bermain sepakbola lagi. Ia menyebut hari-harinya saat itu sangatlah tersiksa.
Baca Juga: Begini Tanggapan Pelatih Jerman Jelang Menghadapi Meksiko
Thiago Silva notabene pernah merumput di Rusia sekitar tahun 2005 silam. Ia diboyong oleh Dinamo Moscow dari Porto pada bulan Januari tahun itu.
Bek yang saat itu berusia 20 tahun belumlah seterkenal sekarang. Saat kali pertama berseragam FC Porto, ia bahkan sempat hanya duduk di bangku cadangan dan terdampar di divisi dua. Tetapi agen Jorge Mendes yang juga menangani Cristiano Ronaldo, merekomendasikannya ke DInamo Moscow dengan mahar sebesar 4 juta Euro atau sekitar Rp64 Miliar.
Meski tak terlampau dikenal di tanah Rusia, beberapa orang mengakui talenta yang dimiliki Silva. Di antaranya mantan pelatih Spartak dan Timnas Rusia, Oleg Romantsev. Ia menyebut bek asal Brasil tersebut tampil menawan selama sesi latihan pertamanya.
Baca Juga: Prediksi Piala Dunia 2018 Grup E Kosta Rika vs Serbia
Namun, Rusia tampaknya kurang bersahabat baginya.
Di awal musim bersama Dinamo Moscow, Silva didera sakit. Kondisi tubuhnya mengalami panas dengan suhu tinggi, batuk serta berkeringat. Pada awalnya, tim medis menganggap itu hanya demam berat. Beberapa hari kemudian, mereka benar-benar khawatir dan mengirimnya untuk pemeriksaan menyeluruh di klinik.
Hasilnya pun mengejutkan. Thiago sakit dengan tuberkulosis, dan telah mengidapnya selama sekitar sembilan bulan.
Baca Juga: Hadapi Serbia, Kosta Rika Berambisi Samai Prestasi 4 Tahun Lalu
"Jika penyakit telah ditemukan beberapa minggu kemudian, Anda akan mati," kata dokter kepada Silva kala itu.
Kematian memang tampak menakutkan. Akan tetapi, akhir dari karirnya sebagai pesepak bola jauh lebih mengerikan, karena staf medis menyarankan bahwa sebagian besar paru-parunya yang kanan harus dipotong untuk meningkatkan peluang bertahan hidup. Tetapi Thiago menolak dan harus menghabiskan waktu yang cukup lama dengan kondisi sulit di rumah sakit.
Suasana hatinya membaik ketika orang tua dan pacarnya tiba dan praktis tinggal bersamanya di Moskow.
Baca Juga: Messi Gagal Cetak Pinalti, Maradona Diterpa Isu Rasisme
Sementara itu, menghadapi kondisi sakit yang diderita Silva, pihak Dinamo memberi keringanan dengan membayar semua tagihan. Meskipun kemudian kontraknya dibatalkan ketika dia keluar dari rumah sakit.
Silva sempat memutuskan untuk berhenti main sepak bola. Sampai di kemudian hari ibunya menguatkan hatinya untuk kembali merumput.
Butuh waktu, tetapi Thiago Silva berhasil mendapatkan kembali kepercayaan dirinya dan menjadi pemain kunci di Fluminense. Dari Fluminense Silva pun ditaksir dan kemudian diboyong ke Milan pada 2009. Semenjak itu karirnya pun mulai meroket.
Hanya butuh dua tahun baginya untuk turut membawa Milan memenangkan gelar Serie A pada tahun 2011.
Tak lama berselang, Milan pun menjualnya ke Paris Saint Germain dengan mahar sebesar 42 juta Euro atau sekitar Rp652 Miliar.
Kini setelah berjibaku, ia telah sampai kembali di Rusia. Meski bukan lagi pilihan utama di tim, tetapi Silva sangat berharap bisa membawa Brasil kembali menggenggam kampium Piala DUnia untuk keenam kalinya.
Senin (18/6/2018) dini hari nanti adalah ujian pertama. Timnas Brasil akan menghadapi Swiss di laga pembuka Grup E. Silva dan seluruh penggawa Selecao pastinya tak ingin Brasil tergelincir di laga awal ini. Hasil sempurna 3 poin merupakan harga mati untuk membuka asa menuju kampium Piala Dunia.