Bolatimes.com - Laga hidup mati akan dilakoni Chelsea di Camp Nou, Kamis (15/3/2018). Chelsea akan menghadapi salah satu kandidat juara Liga Champions musim ini, Barcelona, di leg kedua babak 16 besar.
Di leg pertama yang berlangsung di Stamford Bridge, Chelsea dipaksa bermain imbang 1-1. Meski agregat saat ini imbang, kebobolan di kandang sendiri menjadi kerugian besar bagi The Blues mengingat aturan agresivitas gol tandang. Karena Barcelona hanya membutuhkan hasil 0-0 untuk melaju ke babak perempat final.
Selain itu, bermain di depan publik Barcelona akan memberi tekanan hebat bagi kubu klub asal London. Ditambah materi pemain dan gaya bermain Barcelona yang pastinya menguras tenaga para penggawa The Blues.
Di sisi lain, Barcelona punya catatan gemilang bermain di kandang. Sejak kekalahan terakhir mereka di Camp Nou pada November 2016, hingga saat ini Barcelona mampu menjaga harga dirinya bermain di depan publik sendiri.
Namun bukan berarti Barcelona tidak bisa dikalahkan. Chelsea masih memiliki peluang besar untuk menyingkirkan Barcelona, apabila sang manajer Antonio Conte bisa menerapkan strategi jitu dalam menghadapi tim besutan Ernesto Valverde.
Mengatasi lini tengah
Salah satu cara untuk menghentikan aliran serangan Barcelona adalah dengan mematikan pergerakan mereka di lini tengah. Melihat formasi 4-4-2 yang biasa digunakan pelatih Ernesto Valverde, serangan Barcelona dibangun lewat pasing-pasing dari dua gelandang serang yang berada di tengah. Yaitu duet Ivan Rakitic dan Sergio Busquets biasanya yang mengisi posisi tersebut.
Rakitic dan Busquets memang tidak termasuk pemain yang wajib diwaspadai. Namun pergerakan kedua pemain tersebut penting saat mengalirkan bola ke lini depan, khususnya Sergio Busquets yang kerap mengalirkan si kulit bundar kepada Messi.
Jika Chelsea mampu membuat Busquets tidak nyaman dan menutup aksesnya mengarahkan bola kepada Messi, tidak tertutup kemungkinan serangan Barcelona menjadi lebih monoton. Jika itu yang terjadi, maka The Blues bisa lebih mudah melancarkan serangan balik.
Mempressing pergerakan Busquets adalah strategi jitu yang digunakan Real Madrid di laga El Clasico musim ini. Hal itu juga efektif digunakan oleh Pako Ayestaran saat menukangi Valencia di tahun 2016 lalu, dan berhasil mengalahkan Barcelona 2-1 di Camp Nou.
"Bermain di Camp Nou, jangan paksakan anda harus mengimbangi penguasaan bola. Chelsea melakukan hal ini dengan sangat baik di leg pertama. Mereka membatasi pergerakan dua gelandang (Barcelona) Ivan Rakitic dan Sergio Busquets, karena mereka tidak berbahaya. Bahaya baru datang jika mereka mengalirkan bola melewati garis, yaitu memberikannya kepada Iniesta atau Messi," kata Ayestaran seperti dikutip Skysports.
"Mereka harus memanfaatkan transisi dan tidak membiarkan Messi mendapat bola di setengah lapangan. Di leg pertama Barcelona mendapat dua atau tiga peluang karena itu dibiarkan terjadi," tambahnya.
Bersiap menghadapi overlap
Seperti diketahui, sejak Neymar hijrah ke PSG, formasi 4-3-3 yang di tiga musim sebelumnya menjadi andalan pelatih Luis Enrique, musim ini menjadi sangat tidak efektif bagi Barcelona. Pelatih baru Blaugrana, Valverde pun membenahinya dengan menggunakan formasi 4-4-2 dan setelah setengah musim berlalu formasi tersebut bisa berjalan dengan baik.
Namun, mengingat apa yang terjadi di leg pertama, bukan tidak mungkin Valverde bakal kembali pada formasi 4-3-3. Syaratnya, Valverde berani berjudi dan memberikan kepercayaan kepada pemain muda Ousmane Dembele.
Dengan harapan, Dembele mampu bergerak cepat dari sisi lapangan dan melakukan overlap ke jantung pertahanan The Blues yang dikawal tiga pemain.
Jika ini yang terjadi, maka manajer Chelsea Antonio Conte wajib menekankan disiplin tinggi kepada para pemainnya. Agar tidak terjadi blunder yang merugikan seperti yang terjadi di leg pertama di Stamford Bridge.
Manfaatkan kelebihan Eden Hazard
Keputusan Conte untuk tidak memasang "targetman" di leg pertama sempat menuai kritik keras. Namun diakhir laga, apa yang dilakukan Conte ternyata cukup masuk akal.
Menggunakan formasi 3-4-3, Conte mengeksploitasi kemampuan dari seorang Eden Hazard yang mampu bergerak lebih efektif dari sisi kiri lapangan. Strategi tersebut membuat Barcelona pusing tujuh keliling di sepanjang babak pertama.
"Kita semua tahu Hazard lebih berbahaya menusuk dari sisi kiri. Bahkan di pertandingan terakhir, Hazard memulai pertandingan di posisi tengah, namun jadi sangat berbahaya saat bergeser ke posisi kiri," ujar Ayestaran.
Batasi pergerakan Lionel Messi
Lionel Messi mungkin memiliki catatan yang kurang menyenangkan berhadapan dengan Chelsea. Sembilan kali memperkuat Barcelona berhadapan dengan Chelsea, baru satu kali pemenang penghargaan Ballon d'Or lima kali itu menjebol gawang The Blues.
Meski demikian, tidak bisa dipungkiri Messi adalah sosok yang paling berbahaya. Untuk memenangkan pertandingan di Camp Nou, mematikan pergerakan Messi hukumnya wajib bagi Conte.
Selain menghentikan aliran bola, untuk menghentikan Messi dibutuhkan kerjasama dan kekompakan para pemain harus ada. Karena seperti diketahui, pemain berjuluk La Pulga itu hampir mustahil untuk dihentikan.
"Menghadapi Messi, Chelsea harus benar-benar terorganisir dengan baik. Saling mendukung untuk menutup ruang geraknya," jelas Ayestaran
"Jika Iniesta cedera, peluang Chelsea menjadi lebih baik lagi. Karena Messi harus turun untuk menjemput bola. Hal itu tentu akan mengurangi ancaman," sambungnya.