Bolatimes.com - Kabar Ralf Rangnick ditunjuk sebagai pelatih interim Manchester United makin menguat. Bersamaan dengan itu, fakta kehidupannya terkuat.
Termasuk saat dirinya terkena tekel horor saat masih menjadi pemain sepak bola, sebelum jadi pelatih top seperti kekinian.
Inggris menjadi tempat yang buruk bagi Ralf Rangnick semasa aktif bermain sepak bola, kini namanya dikaitkan dengan Manchester United.
Baca Juga: Wanita Duduk Sebelahan dengan Ginting dan Hendra Setiawan, Bikin BL Iri
Ralf Rangnick sedianya bakal ditunjuk sebagai pelatih interim Manchester United hingga akhir musim 2021-2022, menggantikan Ole Gunnar Solskjaer.
Tanah Britania sebenarnya bukan tempat asing bagi pria berkebangsaan Jerman ini, skill sebagai pemain sepak bola diasahnya di Negeri Ratu Elizabeth.
Meski begitu, siapa sangka Inggris juga menjadi tempat hadirnya mimpi buruk Ralf Rangnick sebagai pemain sepak bola.
Baca Juga: Momen Casemiro Tanya Carlo Ancelotti untuk Dikartu Kuning Secara Sengaja
Saat itu, Ralf Rangnick berlabuh ke Inggris guna melanjutkan studi di Sussex di Brighton, usianya kala itu masih 21 tahun.
Sepak bola menjadi daya tarik tersendiri bagi Ralf Rangnick sembari menimba ilmu di kampusnya, ia kemudian bergabung dengan klub kampus, Southwick FC.
Mengisi pos gelandang tengah, debut Ralf Rangnick untuk klub kampusnya berlangsung tak lebih dari 15 menit saat melawan Steyning Town di tahun 1979.
Baca Juga: Curhat Sedih Anders Antonsen Batal Duel Lawan Jonatan Christie
Alih-alih dapat bermain lama untuk klubnya, di pertandingan kedua mimpi buruk Ralf Rangnick datang usai terkena tekel horor dari pemain lawan dari belakang.
"Saya memiliki pengalaman ditekel dari belakang," ucap Ralf Rangnick seperti dikutip dari The Sun.
"Karena kejadian tersebut, sebanyak 3 tulang rusuk saya patah dan salah satunya menusuk paru-paru saya," imbuhnya.
Baca Juga: Anders Antonsen Mundur, Jonatan Christie ke Semifinal Indonesia Open 2021
Sudah jatuh tertimpa tangga, begitulah yang dirasakan Ralf Rangnick usai mendapat tekel dari lawan, tak satu pun pemain atau staf tim membantunya.
Kala itu Inggris meyakini jika yang berhak menyentuh atau membantu pemain sepak bola yang cedera hanyalah dokter, Ralf Rangnick pun bingung.
"Saya sangat heran kenapa tidak ada yang membantu. Kala itu, ketika ada pemain yang cedera, tidak ada satu pun yang boleh menyentuhnya," ujar Ralf Rangnick.
"Di Inggris, yang memiliki kewenangan itu hanyalah dokter. Saya sungguh tak habis pikir dengan hal tersebut." imbuhnya.
Meskipun pada akhirnya Ralf Rangnick segera dilarikan ke rumah sakit terdekat di Chichester dan mendapat perawatan selama tiga pekan.
Ia benar-benar harus melupakan impian sebagai pesepak bola, karena usai perawatan intensif di rumah sakit, Ralf Rangnick masih membutuhkan istirahat selama empat bulan.