Bolatimes.com - Cabang olahraga bulutangkis tak hanya menjadi andalan Indonesia dalam membawa harum nama negara di pentas internasional.
Disamping prestasinya yang membanggakan, terdapat momen-momen hebat nan berkesan yang disuguhkan para jagoan tepok bulu Tanah Air.
Sepanjang tahun 2018, para pecinta bulutangkis Indonesia tentu telah menyaksikan banyak drama yang tersaji di atas lapangan berdimensi 13,4 m x 6,10 m tersebut.
Baca Juga: 4 Gol dalam 3 Laga, Pogba Semakin Bersinar Ditangani Solskjaer
Dari mulai tangis haru kemenangan para jagoan bulutangkis Indonesia, hingga air mata kekeceewaan saat mendapati kegagalan, tersaji apik di 2018 yang disebut-sebut sebagai tahun olahraga ini.
Berikut lima momen terbaik bulutangkis Indonesia sepanjang 2018 yang dirangkum Suara.com:
1. Kevin/Marcus Pertahankan Gelar All England
Baca Juga: Van Dijk Mengakui Trio Penyerang Liverpool Memang Menakutkan
Pasangan ganda putra Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon menjadi satu-satunya wakil Indonesia yang meraih gelar All England 2018.
Bertanding di Arena Birmingham, Inggris, 18 Maret lalu, The Minions—julukan Kevin/Marcius—sukses mengalahkan wakil Denmark, Mathias Boe/Carsten Mogensen, dengan skor 21-18 dan 21-17.
Kemenangan itu membuat ganda putra terbaik di dunia saat ini, sukses mempertahankan gelar di All England.
Baca Juga: Kaleidoskop Timnas Indonesia 2018, Berharap pada Junior Saat Senior Kendor
2. Gregoria Tak Terkalahkan di Uber Cup 2018
Sempat kesulitan menjalani debut di level senior, tunggal putri Indonesia, Gregoria Mariska Tunjung menunjukkan kualitasnya di Uber Cup 2018.
Gregoria yang kala itu masih berstatus sebagai tunggal putri kedua, di bawah Fitriani, secara luar biasa tampil memukau pada kompetisi beregu putri yang berlangsung di Thailand, 20-27 Mei lalu.
Baca Juga: Kaleidoskop 2018, Keriuhan Liga Indonesia Ditutup Isu Pengaturan Skor
Tampil empat kali, Gregoria memborong semua kemenangan. Tercatat Goh Jin Wei (Malaysia), Yaelle Hoyaux (Prancis), Gao Fangjie (Cina), hingga Nitchaon Jindapool (Thailand), berhasil dipecundanginya.
Meski tim beregu putri Indonesia pada akhirnya harus tersingkir di perempat final, kontribusi maksimal pebulutangkis kelahiran Wonogiri, Jawa Tengah itu berbuah decak kagum.
3. Tontowi/Liliyana Akhiri Kutukan Istora Senayan
Pasangan ganda campuran Indonesia, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir memang sudah meraih banyak gelar juara dari berbagai turnamen.
Namun, prestasi mereka seakan meredup saat tampil di depan publik sendiri, khususnya di Istora Senayan, Jakarta.
Tapi, saat turun di Indonesia Open 2018, 3-8 Juli lalu, aura kebintangan pasangan yang akrab disapa Owi/Butet ini kembali bersinar.
Ya, mereka akhirnya sukses menghancurkan kutukan tak pernah meraih juara di Istora Senayan Jakarta, sejak 2011 silam, usai mempertahankan gelar juara Indonesia Open 2018.
Di babak final, pasangan yang tahun depan resmi berpisah itu, mengalahkan ganda campuran terbaik dunia asal Cina, Zheng Siwei/Huang Yaqiong.
4. Jonatan Akhiri Kutukan Tunggal Putra di Asian Games
Saat cabang olahraga bulutangkis nomor individu Asian Games 2018 mulai bergulir pada 23 Agustus 2018, publik Tanah Air tentu teringat dengan salah satu kutukan yang kerap melekat pada sektor tunggal putra Indonesia.
Ya, selepas 2006 silam, wakil-wakil tunggal putra Indonesia tak pernah berhasil membawa pulang medali emas yang kali terakhir diraih Taufik Hidayat.
Dari mulai Sony Dwi Kuncoro, Simon Santoso, hingga Tommy Sugiarto, selalu gagal meraih medali emas di multievent terbesar se-Asia itu.
Namun, seperti halnya takdir, nasib buruk seakan menjauhi tunggal putra Indonesia di Asian Games 2018.
Mengandalkan dua nama yang masih terbilang muda, yakni Anthony Sinisuka Ginting dan Jonatan Christie, Indonesia nyatanya mampu menggebrak panggung Asia.
Anthony secara mengejutkan mengalahkan nama-nama tenar macam Kento Momota (Jepang) dan Chen Long (Cina), sebelum akhirnya terhenti di semifinal oleh Chou Tien Chen (Cina Taipei).
Sementara, Jonatan Christie tampil lebih apik. Ya, pebulutangkis 21 tahun itu secara mengejutkan meraih gelar juara.
Dirinya sukses membalaskan dendam Anthony, usai menekuk Chou Tien Chen di partai final, dengan skor 21-18, 20-22 dan 21-15.
Medali emas yang dipersembahkan Jonatan mengakhiri kutukan tunggal putra di Asian Games yang telah berlangsung selama 12 tahun.
Tak hanya itu, Jonatan mengikuti jejak legenda tunggal putra Indonesia, Tan Joe Hok, sebagai tunggal putra yang juga berhasil menjuarai Asian Games di kandang sendiri.
Seperti diketahui, Tan Joe Hok meraih medali emas pada Asian Games 1962 yang juga digelar di Indonesia.
5. Anthony Ginting Si Pembunuh Raksasa
Selepas Asian Games 2018, performa tunggal putra Indonesia Anthony Sinisuka Ginting terus menanjak. Puncaknya saat menggondol gelar juara China Open 2018.
Bukan hanya mampu meraih gelar juara pada turnamen BWF level Super 1000, perjalanan Anthony dalam merengkuh gelar juga terbilang luar biasa, hingga dirinya mendapat julukan The Giant Killer atau Si Pembunuh Raksasa.
Berturut-turut sejak babak pertama hingga final, Anthony bertemu dengan para raksasa tunggal putra dunia.
Dan hebatnya, pebulutangkis berusia 22 tahun ini selalu mampu mengatasi perlawanan mereka.
Di babak pertama Anthony menekuk maestro bulutangkis Cina, Lin Dan dengan skor 22-24, 21-5 dan 21-19.
Di babak kedua, dia kembali membuat kejutan usai menekuk mantan tunggal putra ranking satu dunia, Viktor Axelsen (Denmar), 21-18 dan 21-17.
Kejutan pebulutangkis kelahiran Cimahi, Jawa Barat itu terus berlanjut. Di perempat final, Anthony sukses mempermalukan juara Olimpiade 2016, Chen Long (Cina) dengan skor 18-21, 22-20, 21-16.
Sementara di babak semifinal dirinya menggulung tunggal putra Cina Taipei yang mengalahkannya di semifinal nomor individu Asian Games 2018, Chou Tien Chen. Anthony menang dengan skor 12-21, 21-17 dan 21-15.
Setelah sampai di babak final, apa yang dilakukan Anthony merupakan sejarah.
Ya, secara heroik Anthony menekuk juara dunia 2018, Kento Momota (Jepang). Tak tanggung-tanggung, Anthony menang dua game langsung dengan skor 22-21 dan 21-19.
BERITA INI SUDAH DITAYANGKAN DI SUARA.COM